BONDOWOSO - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB), terus berupaya menekan angka pernikahan dini di Kabupaten Bondowoso ditahun 2018. "Kami targetkan angka tersebut turun menjadi 40 persen," kata kepala Dinas PPKB, Nunung Setianingsih saat dikonfirmasi, Jumat (3/8/2018). Upaya-upaya yang dilakukan untuk menekan angka pernikahan dini tersebut, dikatakan Nunung Setianingsih, pihaknya secara konsisten melakukan upaya tersebut, diantaranya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di lembaga-lembaga pendidikan. "KIE melalui media luar ruang, seperti di Sekolah dan pondok pesantren, pembinaan melalui Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR), Pembentukan Forum anak, serta forum Insan genre di lapangan," tandasnya. Komitmen Dinas PPKB adalah dengan mensinergikan semua stakholder di Bondowoso dan membentuk Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR). Pasalnya, menurut Nunung, permasalahan tingginya angka pernikahan dini di Bondowoso sangat komplek dan perlu kerjasama lintas sektoral. “Bukan hanya Dinas PPKB saja, tetapi juga lintas sektoral yang akan bekerja bersama dalam menekan angka pernikahan dini di Bondowoso. Seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan OPD terkait akan dilibatkan, ditambah dengan sosialisasi dan motivasi kepada remaja di Bondowoso,” terangnya. Pendekatan presentatif dan efektif dinilai sangat penting untuk menggali informasi penyebab dan masalah yang mampu mendorong timbulnya pernikahan dini di Bondowoso. PIKKRR berperan untuk menggali informasi melalui teman sebayanya, agar bisa bercerita dan mengungkapkan permasalahan yang menimpa dirinya. "Nantinya PIKKRR ini bisa mencari dan menggali info di Bondowoso apakah ada anak yang sedang mengalami masalah dan berimbas pada pernikahan dini,” tambahnya. Nunung tidak memungkiri jika pernikahan dini ini merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi (AKI/AKB) di Bondowoso. Dirinya menilai, organ reproduksi anak yang masih di bawah umur rentan dan sangat berisiko saat melahirkan. “Selain reproduksinya masih belum siap, mental anak yang masih belum siap menjadi kendala dan faktor kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu, kami mengajak kepada semua remaja di Bondowoso agar lebih mengedepankan pendidikan ketimbang pernikahan,” imbaunya. Dalam tahun 2018 ini, tambah Nunung angka pernikahan dini harus turun dengan adanya upaya dan segala usaha untuk merubah mindset masyarakat yang sudah dilakukan oleh dinas yang dipimpinnya ini. "Harus turun angkanya, walau sedikit-sedikit yang penting sudah ada upaya dari kami, Masalahnya kultur budaya yang ada atau pola pikir masyarakat yg harus dirubah," tukasnya.